Selasa, 19 Januari 2016

SEMBURAT NIRMALA



SEMBURAT NIRMALA

GUDANG ANTOLOGI SASTRA PUISI BAREP PANGESTU(WAHID MUSLIM)

Bertarung dengan diri sendiri memang lebih mengasyikan. Kita mencoba tulus berkarya tanpa kekangan dan patokan ideal orang lain, tetapi juga membuka keritikan seluas-luasnya. Berlomba dengan diri sendiri fokus pada kualitas diri. Selain juga memang perlu sesekali ikut berkompetisi, tak lain untuk melihat letak kualitas diri kita, dan menjadi penyemangat  saat melihat ada karya lain yang lebih baik.

Itulah semburat nirmala, sesuatu yang ingin penulis raih. Sesuatu yang sulit dicapai, cepat sekali tak puas dan mengobrak-abrik pencapaian yang telah ada. Sesuatu jika mudah diraih maka akan kekurangan makna, sesuatu yang sulit memberikan kepuasan saat dicapai, sedang sesuatu yang sangat sulit akan membuat seseorang tak lekas puas. Pujian godaan, makian tantangan, dan keritikan alat perbaikan.

Mungkin sebelumnya pernah ada yang memakian istilah semburat nirmala dengan pemaknaan berbeda, kombinasi dua kata itu peluangnya besar sekali untuk sama. Apa lagi dua kata ini sudah jutaan orang pernah memakai.  Jelasnya saat kita tertarik dengan beberpa kata indah, beberapa waktu kemudian secara alami kita akan mencoba mengkombinasi berbagai kata indah yang pernah kita dapatkan. Nah, kalau satu paragraf sama persisis jelas bisa diduga ada unsur plagiat.

Bicara soal puisi, berbagai pandangan mencoba mendefinisikan arti puisi berserta komponen dan strukurnya. Puisi itu sesuatu yang memikat kita, kemudian membawa pada suatu suasana keindahan yang semakin dihayati akan semakin kompleks pensonanya. Yah, demikian setidaknya yang penulis rasakan. Seorang yang berusaha mengeksplorasi diri dalam berbagai kemampuan, salah satunya menulis sastra.

Sastra? Kata yang sering membuat penulis ragu mengucapkannya, ngeri-ngeri sedap. Ngeri  karena takut akan banyak komplen dari penulis lain saat melihat tulisan di blog ini yang mungkin jauh dari kata sastra. Tak hanya itu sastra jika diartikan sebagai ilmu pengetahuan, mungkin ada yang kecewa ternyata tulisan di sini jauh dari nilai-nilai hikmah. Jika sastra diartikan sebagai karya seni, mungkin juga ada yang kecewa kalau karya-karya di sini jauh dari standar konvensi keindahan.

Mungkin juga ada sesuatu yang kurang, berbeda atau aneh dalam karya-karya saya atau mungkin Anda menganggap itu bukan puisi. Silahkan Anda namakan sendiri tulisan saya, mungkin Anda  berpikir itu hanya tulisan biasa atau hanya coretan saja atau sebutan yang lain. Selagi itu baik akan saya terima. Kalau hanya umpatan dan serapah, semua orang bisa melakukan tetapi tak membutuhkan.

Maklum proses pembelajaran tentang puisi masih banyak yang harus ditempuh. Kadang penulis pun merasa tak puas dengan karya-karya penulis sendiri, dari sekian yang ada kadang ada beberapa yang sedikit memuaskan hati. Terus demikian, semakin banyak masukan yang penulis dapatkan semakin tidak puas dan kecewa dengan karya penulis yang telah ada. Maka saya sangat senang sekali jika ada yang mau membagikan ilmunya kepada penulis, penulis akui beberapa saat pernah ada kejengkelan dengan beberapa keritikan akan tetapi beberapa waktu kemudian penulis geram dan mencoba membuat yang lebih baik. Setelah waktu berlalu keritikan yang semula terasa pedas, lambat laut akan terasa manis.

Seperti kecanduan makanan pedas, awalnya marah-marah besoknya mau mencari yang lebih pedas lagi. Semakin pedas semakin nikmat. Keritikan pedas tentu keritikan yang membangun, yang barnas dan  kompleks. Kalau sekadar olokan, umpatan, makian, atau semacamnya hal lain yang tidak berdampak dalam kemajuan akan penulis elakan begitu saja. Pengkritik pun kadang beda selera dan pandangan justeru ini yang penulis cari, sebab akan membuat saya semakin dalam menelurusuri kesahihan.
Begitulah, penulis mengenal puisi dari sekolah formal kemudian sesekali mencoba menulis sendiri dan belajar secara otodidak. Masukan, makian, pujian, atau tak dipedulikan terhadap karya penulis sudah pernah penulis alami. Media tuang pun beragam, kadang lewat sobekan kertas, buku, handpone, kemudian ke laptop. Perkembangan yang pesat ialah saat mencoba mempublikasikan karya ke dunia maya(terutama facebook).
Berbeda di dunia sehari-hari, puisi seperti berada di lorong sunyi. Sedikit sekali peminat, kalah dengan cerpen. Sering penulis dapati lomba-lomba antar sekolahan sepi saat mengadakan lomba puisi. Entah mengapa,  mungkin secara ekonomi puisi dibanding yang lain kurang menjanjikan. Itulah positifnya, yang mencintai puisi lebih banyak bermuatan ketertarikan batin.  Seperti batu akik, hanya pecinta sejati yang tetap tertarik entah harga melangit atau jatuh. Pecinta puisi pun tak kenal musim, mereka terus berkarya entah banyak peminat atau sedikit.

Itulah yang penulis alami di dalam berbagai grup, penuis merasa tak sendiri. Berhamburan karya setiap hari, berhamburan undangan lomba hampir setiap minggu. Berhamburan diskusi-diskusi seputar puisi dan informasi-informasi seputar puisi. Lewat inilah penulis berkembang, penulis mencoba membuka pikiran dengan berbagai gaya penulisan yang ada. Bagi penulis ciri khas itu terbentuk bukan dipatok. Misal mematok akan hanya menulis liris, polos, temanya harus ini, ini kekakuan bukan ciri khas. Ciri khas juga bukan dipaksakan, misal tulisan harus prismatis. 
Lewat kerangka seperti ini saya mencoba untuk terus berkembang. Berbagai uji coba pernah dilakukan melalui dunia maya. Kemudian selang beberapa waktu penulis juga mencoba mendokumentasikan semua tulisan yang pernah diterbitkan di facebook. Kelemahannya semakin lama tulisan akan semakin tertimbun dengan penulis lain, sedikit kesulitan kalau mau mengecek kembali. Sedang di blog sebelumnya (www.gerobak-wawasan.blogspot.com) berbaur dengan genre tulisan non fiksi. Melalui blog sendiri berharap memudahkan siapa yang tertarik dengan karya-karya penulis, serta memudahkan mencari dialat pencarian.
Semula penulis ragu melakukan hal ini. Inginnya dikumpulkan dalam bentuk cetak. Kemudian berpikir, penulis belum diterima secara luas karyanya tentu hanya pencapaian pendek jika targetnya hanya bisa ceta. Jika dengan dicetak mampu memberi wawasan dan pengaruh baik banyak orang tentu sangat penting. Tujuan memberi pengaruh yang baik itulah yang bisa diperjuangkan dari sekarang. Karya-karya yang terlalu lama terendam juga kurang baik, terlebih itu tumpukan-tumpukan karya yang kurang memuaskan. Kita akan terpaku terus dengan karya tersebut. Melalui publikasi berharap semakin terus mengesploitasi kemampuan. Berharap terus mendobrak karya-karya saya. Semoga dengan diluncurkannya blog ini akan memberi manfaat luas, salam ka(r)ya!

Biodata Penulis
Penulis bernama lengkap Barep Pangestu dengan nama pena Wahid Muslim, merupakan seorang sarjana lulusan Universitas Muhammadiyah Metro, Lampung. Sekarang tinggal di Lampung Timur. Setiap hari berusaha meluangkan waktu untuk merenungkan hikmah dalam kehidupan, kemudian mengabadikan lewat berbagai jenis tulisan. Akun Twitter @bareppangestu sedang aku facebook barep.pangestu@facebook.com. Nomer yang bisa di hubungi : 085768900977.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar