SEMBURAT NIRMALA
GUDANG ANTOLOGI SASTRA PUISI BAREP
PANGESTU(WAHID MUSLIM)
Bertarung dengan diri sendiri memang
lebih mengasyikan. Kita mencoba tulus berkarya tanpa kekangan dan patokan ideal
orang lain, tetapi juga membuka keritikan seluas-luasnya. Berlomba dengan diri
sendiri fokus pada kualitas diri. Selain juga memang perlu sesekali ikut
berkompetisi, tak lain untuk melihat letak kualitas diri kita, dan menjadi
penyemangat saat melihat ada karya lain
yang lebih baik.
Itulah semburat nirmala, sesuatu yang
ingin penulis raih. Sesuatu yang sulit dicapai, cepat sekali tak puas dan
mengobrak-abrik pencapaian yang telah ada. Sesuatu jika mudah diraih maka akan
kekurangan makna, sesuatu yang sulit memberikan kepuasan saat dicapai, sedang
sesuatu yang sangat sulit akan membuat seseorang tak lekas puas. Pujian godaan,
makian tantangan, dan keritikan alat perbaikan.
Mungkin sebelumnya pernah ada yang
memakian istilah semburat nirmala dengan pemaknaan berbeda, kombinasi dua kata
itu peluangnya besar sekali untuk sama. Apa lagi dua kata ini sudah jutaan
orang pernah memakai. Jelasnya saat kita
tertarik dengan beberpa kata indah, beberapa waktu kemudian secara alami kita
akan mencoba mengkombinasi berbagai kata indah yang pernah kita dapatkan. Nah,
kalau satu paragraf sama persisis jelas bisa diduga ada unsur plagiat.
Bicara soal puisi, berbagai pandangan
mencoba mendefinisikan arti puisi berserta komponen dan strukurnya. Puisi itu
sesuatu yang memikat kita, kemudian membawa pada suatu suasana keindahan yang
semakin dihayati akan semakin kompleks pensonanya. Yah, demikian setidaknya
yang penulis rasakan. Seorang yang berusaha mengeksplorasi diri dalam berbagai
kemampuan, salah satunya menulis sastra.
Sastra? Kata yang sering membuat
penulis ragu mengucapkannya, ngeri-ngeri sedap. Ngeri karena takut akan banyak komplen dari penulis
lain saat melihat tulisan di blog ini yang mungkin jauh dari kata sastra. Tak
hanya itu sastra jika diartikan sebagai ilmu pengetahuan, mungkin ada yang
kecewa ternyata tulisan di sini jauh dari nilai-nilai hikmah. Jika sastra
diartikan sebagai karya seni, mungkin juga ada yang kecewa kalau karya-karya di
sini jauh dari standar konvensi keindahan.
Mungkin juga ada sesuatu yang kurang,
berbeda atau aneh dalam karya-karya saya atau mungkin Anda menganggap itu bukan
puisi. Silahkan Anda namakan sendiri tulisan saya, mungkin Anda berpikir itu hanya tulisan biasa atau hanya
coretan saja atau sebutan yang lain. Selagi itu baik akan saya terima. Kalau
hanya umpatan dan serapah, semua orang bisa melakukan tetapi tak membutuhkan.
Maklum proses pembelajaran tentang
puisi masih banyak yang harus ditempuh. Kadang penulis pun merasa tak puas
dengan karya-karya penulis sendiri, dari sekian yang ada kadang ada beberapa
yang sedikit memuaskan hati. Terus demikian, semakin banyak masukan yang
penulis dapatkan semakin tidak puas dan kecewa dengan karya penulis yang telah
ada. Maka saya sangat senang sekali jika ada yang mau membagikan ilmunya kepada
penulis, penulis akui beberapa saat pernah ada kejengkelan dengan beberapa
keritikan akan tetapi beberapa waktu kemudian penulis geram dan mencoba membuat
yang lebih baik. Setelah waktu berlalu keritikan yang semula terasa pedas,
lambat laut akan terasa manis.
Seperti kecanduan makanan pedas,
awalnya marah-marah besoknya mau mencari yang lebih pedas lagi. Semakin pedas
semakin nikmat. Keritikan pedas tentu keritikan yang membangun, yang barnas
dan kompleks. Kalau sekadar olokan,
umpatan, makian, atau semacamnya hal lain yang tidak berdampak dalam kemajuan
akan penulis elakan begitu saja. Pengkritik pun kadang beda selera dan
pandangan justeru ini yang penulis cari, sebab akan membuat saya semakin dalam
menelurusuri kesahihan.
Begitulah, penulis mengenal puisi
dari sekolah formal kemudian sesekali mencoba menulis sendiri dan belajar
secara otodidak. Masukan, makian, pujian, atau tak dipedulikan terhadap karya
penulis sudah pernah penulis alami. Media tuang pun beragam, kadang lewat
sobekan kertas, buku, handpone, kemudian ke laptop. Perkembangan yang pesat
ialah saat mencoba mempublikasikan karya ke dunia maya(terutama facebook).
Berbeda di dunia sehari-hari, puisi
seperti berada di lorong sunyi. Sedikit sekali peminat, kalah dengan cerpen.
Sering penulis dapati lomba-lomba antar sekolahan sepi saat mengadakan lomba puisi.
Entah mengapa, mungkin secara ekonomi
puisi dibanding yang lain kurang menjanjikan. Itulah positifnya, yang mencintai
puisi lebih banyak bermuatan ketertarikan batin. Seperti batu akik, hanya pecinta sejati yang
tetap tertarik entah harga melangit atau jatuh. Pecinta puisi pun tak kenal musim,
mereka terus berkarya entah banyak peminat atau sedikit.
Itulah yang penulis alami di dalam
berbagai grup, penuis merasa tak sendiri. Berhamburan karya setiap hari,
berhamburan undangan lomba hampir setiap minggu. Berhamburan diskusi-diskusi
seputar puisi dan informasi-informasi seputar puisi. Lewat inilah penulis
berkembang, penulis mencoba membuka pikiran dengan berbagai gaya penulisan yang
ada. Bagi penulis ciri khas itu terbentuk bukan dipatok. Misal mematok akan
hanya menulis liris, polos, temanya harus ini, ini kekakuan bukan ciri khas.
Ciri khas juga bukan dipaksakan, misal tulisan harus prismatis.
Lewat kerangka seperti ini saya
mencoba untuk terus berkembang. Berbagai uji coba pernah dilakukan melalui
dunia maya. Kemudian selang beberapa waktu penulis juga mencoba
mendokumentasikan semua tulisan yang pernah diterbitkan di facebook.
Kelemahannya semakin lama tulisan akan semakin tertimbun dengan penulis lain,
sedikit kesulitan kalau mau mengecek kembali. Sedang di blog sebelumnya (www.gerobak-wawasan.blogspot.com) berbaur dengan genre
tulisan non fiksi. Melalui blog sendiri berharap memudahkan siapa yang tertarik
dengan karya-karya penulis, serta memudahkan mencari dialat pencarian.
Semula penulis ragu melakukan hal
ini. Inginnya dikumpulkan dalam bentuk cetak. Kemudian berpikir, penulis belum
diterima secara luas karyanya tentu hanya pencapaian pendek jika targetnya
hanya bisa ceta. Jika dengan dicetak mampu memberi wawasan dan pengaruh baik
banyak orang tentu sangat penting. Tujuan memberi pengaruh yang baik itulah
yang bisa diperjuangkan dari sekarang. Karya-karya yang terlalu lama terendam
juga kurang baik, terlebih itu tumpukan-tumpukan karya yang kurang memuaskan.
Kita akan terpaku terus dengan karya tersebut. Melalui publikasi berharap
semakin terus mengesploitasi kemampuan. Berharap terus mendobrak karya-karya
saya. Semoga dengan diluncurkannya blog ini akan memberi manfaat luas, salam
ka(r)ya!
Biodata Penulis
Penulis
bernama lengkap Barep Pangestu dengan nama pena Wahid Muslim, merupakan seorang
sarjana lulusan Universitas Muhammadiyah Metro, Lampung. Sekarang tinggal di
Lampung Timur. Setiap hari berusaha meluangkan waktu untuk merenungkan hikmah
dalam kehidupan, kemudian
mengabadikan
lewat berbagai jenis tulisan.
Akun Twitter @bareppangestu sedang aku facebook barep.pangestu@facebook.com. Nomer
yang bisa di hubungi : 085768900977.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar